Laman

Jumat, 12 Februari 2010

CERPEN : Sahabat Jadi Cinta
Kesya & Fitri, yach itulah nm sepasang sahabat. Adinda Kesya Putri & Fitri Widya Ningrum, itu nama lengkapnya. Mereka sangat berbeda, kesya anak orang kaya, cantik, imut, putih. Beda dg Kesya, Fitri bukan anak orang kaya, tp pintar dan polos. Tapi walaupun berbeda, mereka saling menghargai satu sama lain. Jadi persahabatan mereka sangat kuat. Persamaannya, mereka sama2 jomblo! Padahal Kesya cantik, Fitri baik & pintar, koq belum punya cwo sich??? Kalo gitu qta simak ja critax…. “Hai Fit! Wah pg2 gini udah dtg sich! Rajin banget.” Sapa Kesya setelah masuk kls. “Lo jg rajin, skrg kan msh jam 6, eh koq udah dateng.” Jawab Fitri. “Yah tp kan masih rajinan lo…” “Ah udah2 gak usah diributin. Mending lo ikut gw k perpus aja deh. Yuk!” ajak Fitri. “Sekarang?” “Gak, tahun depan! Ya skrang lah!” jawab Fitri. “ya namanya juga Fitri, yg ada di otaknya cm buku,buku n buku!” kata Kesya. Ketika mereka kembali ke kelas, gak sengaja mereka denger anak2 ngobrol. “Lo denger itu gak?” Tanya kesya. “Ya, gw denger. Kt mereka ada anak baru di skolah qta.” Jawab Fitri. “Dan mereka berdua cwo2 smua.” Kemudian bel berbunyi dan semua murid termasuk Kesya dan Fitri masuk ke kelas masing2. Dan mereka tidak menyangka kalo anak baru itu sekelas dengan mareka. Memang benar, kalo ananya cwo, ganteng lagi. Yg satu gak seberapa ganteng, yg ganteng yg satunya. Tp dy anaknya ramah dan baik. Klo yg ganteng anaknya agak tertutup. Kebetulan mereka duduk di belakang Kesya dan Fitri. “Hei, nama lo siapa?” sapa Kesya.. “Gw Raka, dy Rama.” Sambil nunjuk cwo ganteng itu. “Gw Kesya, dan ini Fitri sahabatku.” Kata Kesya. “Senang bertemu dg kalian.” Kata Fitri. “Sama2” Hari2 berlalu. Tdk terasa mereka, Raka, Rama, Fitri & Kesya semakin dekat dan akrab. Entah ada apa dgn mereka tapi yg pasti sekarang mereka dekat sekali. Seperti sahabat, ke mana2 selalu bersama. Tdk terasa jg benih2 cinta mulai tumbuh di hati mereka. Mereka saling menyukai satu sama lain. Keesokan harinya tiba2… Bruuk!! Tdk sengaja Rama menabrak Kesya yg kebetulan sedang membawa buku banyak. “Aduuh! Gimana sih! Jalan gak liat2 apa!” omel Kesya. “Ya sori2 gw kn gak sengaja.”kata Rama. “Ooh lo Rama. Gw kira sapa. Sori ya, tadi gw reflek. Habis,n disuruh Bu Rahma bawa buku segini banyaknya” kata Kesya sambil marah2. “Udah2 gimana pun jg itu te2p guru kita. Ya udah sini gw bantu.” Kata Rama. Tiba2 Fitri dateng dan melihat mereka ber2. Gak tau knp lihat mereka berdua hati Fitri rasanya sakit banget. Tanpa pikir panjang dia langsung ke kelas. Di kelas Fitri masih memikirkan kejadian tadi. Tp lama kelamaan dy sadar kalo dy cemburu. Kesya jg sama, tp justru sebaliknya. Dy sedang berbunga2. Selesai pelajaran mereka gak pulang, tp jalan2 bareng ke mal, krn hari ini Fitri ultah. Mereka makan bareng di sebuah restaurant. Dan di situ jg ada kejadian yg gak disangka2… “Hei Fit, gw punya hadiah bwt lo.” Kata Rama. “Apa?” jawab Fitri. “Gini, mungkin gw gak ngasih barang, tp ini tulus dr hati gw.” Kata Rama membuat Fitri & yg laen penasaran. “Apa’an sich? Jgn bikin qta tambah bingung donk.” Kata Fitri bingung. “Iya nih, mang mau ngasih apa’an sih?” kata Kesya. “Gw…gw…suka ma lo.”………“Dan gw harap lo bs nerima cinta gw.” Sambung Rama. “Apa? Ehm…gmn ya…kayaknya gw gak bs jawab sekarang.” Jawab Fitri. Tp ini sungguh menyakitkan bagi kesya & Raka, krn cinta mereka ternyata bertepuk sebelah tangan. Tp mereka gak ingin gara2 mereka, bs merusak hubungan&kebahagiaan orang lain. Jadi mereka memilih u/ tetap diam. Malam semakin larut, mereka pulang ke rumah mereka masing2. Di rmh mereka gak bs tidur mikirin kejadian tadi. Fitri, mungkin masih akan jawabannya. Apa yg harus ia katakan? Jujur saja, aku memang mencintai Rama, katanya dlm hati. Kemudian dy mengambil handphone, mulai mengetik sms, sesaat kemudian…Delivered Rama. Di rumah Rama…… Tu….la….lit.…Tu….la….lit….Hp Rama bunyi tanda ada sms. Langsung dia mengambilnya.1 message received. Kemudian dia membukanya… Spulang skul gw tunggu d tmn dket skul. (From Fitri). “Oke!” teriak Rama seketika. Keesokan harinya sepulang sekolah mereka datang di tempat yg sudah dijanjikan. “ada apa? Knp lo nunggu gw di sini?” Tanya Rama. “Gw Cuma mau jawab pertanyaan lo semalem.” Jawab Fitri. “Jadi, jawaban lo apa?” “Yah, qta jalanin aja apa adanya.” Jawab Fitri. “maksud lo, lo nerima gw?” “Yups!!” “Thanks ya.” Akhirnya mereka pulang bareng. Malamnya mereka ngumpul di rumah Ramasekaligus mengerjakan PR bareng. Dan Rama menceritakan kejadian tadi siang, kalo dia & Fitri udah resmi jadian. Tampak senyum paksaan keluar dari bibir Raka & Kesya. “Lho, kalian knp? Kalian gak suka kalo qta jadian?” Tanya Rama. “Enggak kok!” jawab Kesya & Raka bersamaan. “Qta seneng kalian jadian.” Sambung Raka. “Makasih ya.” Kata Fitri. Tak lama kemudian mereka kembali pulang ke rumah mereka masing2. Hari2 mereka lalui tanpa ada masalah. Pada suatu ketika Raka lihat Kesya duduk sendirian di taman deket sekolah. Raka mendatangi Kesya. “Hai key. Sendirian aja.” Sapa Raka. “Eh, elo Raka. Ngapain lo?” “Nemenin loe.” “Ooh… gitu ya.” “knp sih lo? Ada masalah? Cerita donk.” “Gpp kok.” “udah cerita aja. Gue janji gak bakal cerita ke siapa2.” “ ya udah deh, gw emang butuh temen buat curhat.” Kemudian Kesya menceritakan semuanya, tentang perasaannya yg sesungguhnya terhadap Rama. “Ya, sama. Gw jg gitu. Gw udah lama mendam perasaan yg dlm ke Fitri sejak pandangan pertama. Saat gw tahu Rama & Fitri jadian, kayak gak ada harapan lagi.” Kata Raka. “Tp gw gak mau egois, gw takut klo mereka tahu bs merusak hubungan mereka. Gw saying benget ama mereka.” Kata Kesya mulai meneteskan air mata. “Iya, gw jg gak mau hubungan mereka terganggu. Gimana pun jg kebahagiaan mereka, kebahagiaan gw jg.” Mereka,Kesya & Raka tdk tahu kalo di kejauhan ada yg memperhatikan mereka. Fitri, air matanya menetes, gak tega melihat mereka. Dia harus bertemu Rama. “Knp fit? Kok tiba2 ngajak ketemu?” Tanya Rama. “Kayaknya hbngan qta gak bs brtahan lama.” Jawab Fitri. “Lho knp Fit? Apa yg salah?” Rama heran. Fitri kemudian menceritakan semua yang didengarnya di taman. “Jadi ini alasannya?” Tanya Rama. Fitri mengangguk. “Qta gak boleh egois. Udah cukup mereka menderita gara2 qta.” Lanjut Fitri. “Ya…ya… gue tau. Tapi…” “Ram, lo gak mikir! Qta bersenang2 di atas penderitaan orang lain!” “Tapi, apa mereka gak bisa ngerti. Maksud gw lama2 mereka jg pasti akan terbiasa.” Rama langsung melanjutkan omongannya setelah melihat ekspresi wajah Fitri. “Lo itu egois banget ya! Kalo gini caranya gue malez temenan ma lo!” kata Fitri dengan nada marah. “Ya… sorry2. Oke kalo emang itu yg lo mau. Qta putus!’ kata Rama dengan terpaksa. “ya! Putus demi persahabatan qta!” lanjut fitri. Besok rencananya mereka akan bilang ke sahabat mereka tentang hubungan mereka. Di sekolah… “APA!! PUTUS!!” kata Kesya dan raka bersamaan. “Iya, kalo dipikir2 qta lebih baik temenan dulu." Kata Fitri. Rama mengiyakan. “Oooh…” hanya itu kata2 yang keluar dari mulut Raka & Kesya. Sepulang sekolah Kesya ngajak Fitri u/ ke mall bareng. “Aah… gw malez Key.” Jawab Fitri. “Ayolah Fit, kalo bukan lo sapa lagi yg nemenin gw.” Kesya merayu Fitri. “Ehm… Nah! Rama…Rama!!” panggil Fitri. “Eh, lo mau ngapain?” Tanya Fitri bingung. “Kenapa?” Tanya Rama setelah mendatangi mereka berdua. “Ehm… lo bisa kan nemenin Kesya ke mal?” Tanya Fitri. “Hah! Ke mal? Kok gak lo aja seh.” “Gw ada les hari ini. Jadi lo bisa kan?” “Ya udah deh. Ntar gw temenin dia ke mal.” Jawab Rama. “Yah Fitri. Kan gak enak Fit!” Akhirnya Fitri pulang dan mereka berdua pergi ke mal bareng2. Mungkin ini hari yang paling indah buat Kesya karena dia bisa pergi berduaan dg Rama. Fitri sengaja membiarkan mereka pergi berdua. Tapi sebenarnya dia gak ada les hari ini. Tiba2 Raka meminta ke rumahnya u/ mengerjakan PR sama2. Sorenya, mereka berempat pulang ke rumah mereka masing2. Raka & kesya masih bingung atas alasan Rama & Fitri putus. Tapi mereka senang karena dengan bagitu mereka masih punya kesempatan. Keesokan harinya di sekolah Kesya mengajak Rama u/ dinner bareng berdua. Raka juga mengajak Fitri dinner, tetapi hanya mereka yg tahu acara mereka masing2. Ternyata…. “Eh, qta mau dinner di sini? Ini kan restoran mahal.” Tanya Fitri. “Udah, gpp. Biar nanti gw yg bayar.” Kata Raka. “Tapi Ka, ntar lo yg repot.” “Udah gpp.” Akhirnya mereka du2k di kursi kosong di pojok. Tak lama kemudian, sepasang cwe & cwo yg sangat mereka kenal, masuk ke restoran itu. “Rama!! Kesya!!” pekik Fitri kaget. Tapi untung mereka gak dengar. “mana? Oh itu.” Kata Raka sambil mencari2 mereka. “Tapi mereka kok gak bilang ya, kalo mau dinner?” Tanya Fitri bingung. “Biasa aja lagi. Qta kan juga gak bilang ke mereka.” “Apa!? Ooh..” dari kejauhan Fitri melihat mereka mesra, bercanda bareng, dan sepertinya Rama sangat menikmatinya. Rasanya Fitri gak tahan liat mereka. Tapi ini demi persahabatan gw, walaupun gw juga gak tahan, katanya dalam hati. Sampai rumah dia udah gak bisa nahan air matanya. Dia nangis terus di kamarnya sampai matanya bengkak. Seberapa pun dia mencoba u/ kuat, justru hatinya malah sakit. Hari2 berlalu. Baik Fitri maupun Rama sudah terbiasa dg hal ini. Malah Rama & Kesya semakin dekat, begitu juga dg Fitri & Raka. Fitri tidak tahu apakah perasaannya masih sama atau tidak. Suatu hari Raka ngajak Fitri ke belakang sekolah. Ada yg mau diomonginnya… “Ada apa Ka?” Tanya Fitri. “Gw… Gw mau ngomong sesuatu sama lo.” Jawab Raka. “Ya udah, ngoomong aja.” Agak lama sampai akhirnya Raka ngomong sesuatu. “Gw mendam perasaan sama lo.” “Perasaan apa? Lo bikin gw tambah bingung tau gak!” “Ehm…” Raka mengambil sesuatu dari balik saku belakangnya. Setelah mendapatan apa yang dia ambil, tiba2 dia berlutut di depan Fitri sambil menggenggam setangkai mawar merah dan berkata “Would U like to be my Girl?” Fitri sampai kaget. Tapi menurut Fitri, ini kesempatan u/ melupakan Rama & mencoba mencintai Raka. Sesaat kemudian dia menjawab…”Yes, I am. And I will to try to be love U.” katanya dengan bahasa inggris juga. “Oh, thank U very much!” kata Raka senang. “Eh koq malah pake B.Inggris sich?” kata Fitri. “Gpp. Biar lebih keren. Ha…ha…” Saking senangnya mereka gak nyadar kalo banyak yang merhatiin mereka. Tak sedikit dari teman mereka yg mengeluarkan kata “Cie…cie…” Malemnya seperti biasa mereka ngumpul di rumahnya Kesya. Raka pun menceritakan kejadian tadi siang. Rama & Kesya tampak senang sekali. Dan pada saat itu juga, Rama nembak Kesya dan langsung diterima oleh Kesya. Jadi hari ini mereka berempat resmi jadian dg sahabatnya sendiri. Begitulah, sampai seterusnya, mereka akan terus sahabatan. Bahkan sampai mereka menikah dan punya anak.

Kamis, 11 Februari 2010

KUMPULAN CERPEN
PERSAHABATAN
Filed Under:
Aku bergegas menyeberangi pagar kampus. Hari ini batas waktu terakhir pembayaran uang kuliah. Aku mengumpat dalam hati, kenapa pelupaku muncul untuk hal sepenting ini?Beberapa sapaan teman-teman kujawab sambil lalu. Dari jauh aku melihat loket pembayaran hampir ditutup. Last minute, aku berhasil sampai tepat waktu. Saat aku berbalik, aku hampir menabrak cowok yang tengah memungut kertas-kertas dan peralatan tulisnya yang berantakan di lantai. "Mbak, kalo jalan liat-liat dong…" sungutnya.Aku bengong, apa aku menabrak seseorang tadi? Meski aku masih sangsi, aku membantunya memunguti lembaran kertas, buku dan polpennya. Saat mata kami bertabrakan pandang, aku tertegun sejenak. Aku merasa cowok ini tak asing buatku."Kenya…""Prama…"Selanjutnya kami malah terbahak berdua sembari berangkulan. Sepuluh tahun kami tak bertemu. Waktu itu kami masih sama-sama kecil. Mama Prama sering menitipkan Prama kecil ke mamaku, maklum mamanya Prama juga bekerja, sementara tidak ada pembantu di rumah. Sementara mamaku ibu rumah tangga sejati.Mamaku punya peraturan, jam 12 siang harus tidur siang. Prama yang di rumahnya tidak memberlakukan peraturan tidur siang harus ikutan tidur siang. Dan kami tidur seranjang…Wacks…"Masih inget peraturan tidur siang?" tanyaku tiba-tiba"Iya…berarti kita sudah kumpul kebo sejak kecil ya?" jawabnya terpingkal.Sejak itu kami jadi makin akrab, sekedar mengingat masa kecil kami yang lucu. Prama adalah kakak kelasku. Kondisi ini membuatku beruntung, sebagai mahasiswi baru aku masih membutuhkan banyak bimbingan. Syukur Prama mau membantuku dalam hal ini.Pertemuanku dengan Prama membuka kembali komunikasi kedua orang tua kami. Mereka jadi sering bertemu. Tiap minggu malah. Kadang sambil bercanda, mereka menjodohkan kami. Kami sendiri tak pernah menghiraukan ocehan mereka. Kami sangat menikmati persahabatan ini.Suatu hari Prama datang padaku. Wajahnya kusut seperti habis tawuran dengan orang se-RT. Aku sempat ngeri melihatnya."Kenya…Bisa bantu gw gak?" Aku cuma bisa mengangguk. "Aku mencintai seseorang…" Sampai sini aku menarik nafas lega."Lantas…?""Gw gak bisa mengatakan kalo gw cinta dia.""Kenapa…?""Gw gak punya cukup keberanian untuk itu."Aku pindah duduk di depan Prama. Aneh…Prama tak mau melihat wajahku.Prama juga tak memberitahu gadis yang sanggup membuatnya jatuh cinta. Hanya saja beberapa hari kemudian aku melihat Prama sedang duduk berdua dengan cewek cantik. Cewek itukah yang diimpikan Prama? Ada rasa kosong di hatiku. Saat aku melewati mereka aku melihat pandangan sendu pada wajah Prama. Kenapa dengan Prama?Menjelang semester empat, papa menawarkanku untuk kuliah di Australia bareng Mas Bima. Girang aku menyambut tawaran papa. Disepakati aku berangkat sebulan lagi. Kabar baik ini ingin aku bagi dengan Prama. Sayangnya dia tak bisa kutemui. Aku juga malu menanyakan ke orangtuanya, soalnya mereka yang getol menggoda kami.Aku diantar papa dan mama ke bandara. Mereka bilang Mas Bima yang akan menjemputku, jadi aku tak perlu khawatir. Saat aku akan memasuki ruang tunggu dan berpamitan dengan papa dan mama, aku mendengar seseorang memanggil namaku. Aku melihat Prama tengah berlari ke arahku."Kenapa gak bilang?""Lo yang gak pernah nongol di kampus.""Kan bisa telpon ke rumah?""Dan membiarkan papa dan mamamu menggodaku?""Apa itu masalah buatmu?""Akan jadi masalah, karena aku makin gak bisa lepas darimu…"Sedetik kemudian Prama memelukku, "Maafkan aku, karena tak pernah bisa mengatakan cinta padamu…"Aku tak merasakan apa-apa. Sebutir cairan hangat tiba-tiba luruh dari mataku, pelukan Prama makin memberikan kehangatan dan ketenangan. "Sudah…Nanti tahun depan kan ketemu lagi. Kita yang kesana atau Kenya yang liburan kemari…," suara papa mengagetkan kami. Aku memandang papa heran."Sudah ada pembicaraan antara papa dan papanya Prama. Jadi kamu tenang-tenang aja ya," ujar papa sembari tersenyum. Aku makin bahagia dan meloncat dalam pelukan Prama. Ah, ternyata cinta itu begini rasanya…

Kamis, 04 Februari 2010

Sebuah Penantian (Untukmu Sobat) - Sebuah Cerpen
25 Oktober 2009
Sepertinya cuaca pagi itu agak mendung, membuat semua aktivitas yang akan dilakukan menjadi kacau sedikit. Gemuruh petir terasa menggetarkan tanah jelas di relung hati setiap insan. Langit yang memerah terus mengeluarkan tetesan air dari perutnya, dari pagi hingga sore. Saat itu juga tampak seorang gadis berseragam SMA berteduh di halte bis sambil menunggu hujan reda, ia mengambil sebuah handphone Nokia di tasnya. Ditulisnya sebuah pesan singkat kepada seseorang. Tidak lama kemudian sebuah mobil Mercedes hitam mendekati gadis itu, terlihat seseorang berpakaian polos dan sederhana.
“Kenapa lama sekali, aku seperti di dalam kulkas karena kelamaan menantimu,” rengut gadis berseragam SMA itu.“Maafkan aku Ima, kamu tahu sendiri ‘kan, Jakarta itu macet.”“Sudah tahu Jakarta itu macet kenapa tidak pergi dari awal,” balas Ima lagi, ketus.“Sudahlah Ma. Aku tadi ada kerjaan sedikit makanya aku telat.” Tara berusaha menenangkan Ima yang lagi kesal.“Bisa kita pulang sekarang?” tanya Tara kepada sahabatnya.“Kapan lagi. Tahun depan!” cetus Ima.
Tidak berapa lama kemudian mereka pun meluncur menembus hujan yang begitu deras. Sampai di rumah, Ima langsung mengganti pakaian tanpa terlebih dulu makan siang. Dia langsung menuju ke belakang rumahnya dan menuju ke sebuah lapangan basket. Diambilnya bola basket yang berada di bawah kursi. Lalu ia lempar hingga menembus keranjang basket. Hujan pun semakin lama semakin bersembunyi di balik awan. Kini tinggal tetes air kecil yang turun bergantian. Ima terduduk lelah dan terdiam di lapangan itu. Pikirannya kacau, bayangan Arjuna, sahabat kecilnya, bermain-main di benaknya. Seketika ia teringat akan kenangan manisnya bersama sahabat kecilnya itu. Tanpa ia sadari air matanya menetes seiring gerimis saat itu. Masa lalunya sangat pahit untuk diingat dan terlalu manis jika dilupakan.
Saat ia telah mengeluarkan air matanya, sebuah panggilan halus didengarnya sehingga ia sadar dari lamunannya.“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya perempuan tua itu lembut.Dia hanya diam. Bibirnya sulit mengeluarkan sepatah katapun. Tubuhnya kaku.
“Sudahlah Nak. Jangan kau terus menyiksa dirimu seperti ini. Nanti kau sakit,” lanjut perempuan tua itu sedih.“Aku sudah terlanjur sakit, Bu. Hatiku sudah hancur seperti puing-puing yang tak tersisa lagi,” ratap Ima.“Kau masih punya ibu, Nak. Ibu tidak akan membiarkan kau terus-terusan begitu,” balas ibunya dengan air mata yang berguguran.
***
Malam itu Ima tidak keluar dari kamarnya. Kata-kata Arjuna selalu terngiang di memorinya. Sebuah janji yang terucap dari mulut mungil laki-laki itu, selalu ia nantikan.
“Tiga hari lagi ulang tahunku. Aku tahu Arjuna pasti datang untuk menepati janjinya. Dia akan kembali untukku,” pikirnya sedih. Memang semenjak Arjuna pergi ia selalu murung.
Malam semakin larut. Angin-angin malam yang mengerikan terus menusuk pori-pori setiap orang yang menikmatinya. Suara jangkrik makin riang, tapi burung hantu berhenti menangis. Ima telah terlelap dalam tidur.Pagi hari, gadis berkulit sawo matang itu berangkat ke sekolah. Tiba di sekolah, seorang gadis sebaya dengannya menghampiri. Seperti biasa Tara selalu menasehati Ima. Memberi penjelasan dan berusaha meyakinkan Ima tentang Arjuna. Baru saja Tara memulai pembicarannya, ia telah disemprot Ima yang masih jengkel.
“Aku sudah katakan! Arjuna itu masih hidup. Dia akan datang di hari ulang tahunku,” katanya yakin.“Ima, kau jangan gila. Arjuna telah mati. Bencana itu telah merenggutnya. Kau harus menerima kenyataan ini,” kembali Tara menjelaskan.
“Terserah kamu berkata apa. Aku yakin dia pasti kembali. Itu janjinya!”“Kau harus sadar Ma! Mana mungkin orang yang sudah mati hidup kembali,” jelas Tara dengan sedih.“Tidak… sebelum aku melihat mayatnya aku tidak akan percaya,” Ima bersikeras menentang kata-kata Tara.Tara pasrah. Tak tega lagi melihat sahabatnya itu terus-menerus menderita. Apa yang harus kulakukan Tuhan? Bukakan pintu hatinya. Yakinkan dia bahwa Arjuna telah tiada….
***
Hari itu adalah hari yang ditunggu-tunggu Ima. Sebelum acara ulang tahunnya dilaksanakan, ia telah mempersiapkan segala keperluan dengan baik. Kue telah ia hias secantik mungkin. Saat itu semua teman-temannya telah hadir dan acaranya akan segera dimulai. Tapi wajah Ima tampak cemas, gelisah. Ia mondar-mandir di depan pintu rumahnya. Seperti sedang menanti seseorang. Setengah jam berlalu. Tapi acaranya belum juga dimulai, karena teman-temannya telah lama menunggu, hampir membuat semuanya cemas. Tapi Ima tetap menanti seseorang, yaitu Arjuna.
Tara ikut gelisah. Dia panik! Apa yang harus dilakukan. Terpikir olehnya untuk membuka TV yang berada di sudut ruang tengah itu, dengan harapan agar teman-temannya tidak bosan menunggu. Tapi saat memencet remote TV, berita korban tsunami dan gempa susulan banyak memakan korban lagi. Tara segera memanggil Ima dan…
“Ini tidak mungkin Ra! Arjuna pasti tidak ada di situ.” Teriak Ima sedih ketika melihat tayangan itu.Semua temannya terkejut dan menatapnya tajam dan penuh tanda tanya.
“Ini kenyataan Ma. Semua orang yang ada di Aceh, telah meninggal semua,” jelas Tara prihatin.“Aku tidak percaya… Arjuna telah berjanji kepadaku dan aku akan me-nantinya,” ia kembali histeris.“Ima kamu harus sabar! Aku yakin jika Arjuna melihat kamu begini, ia pasti sedih. Lebih baik kamu mendoakannya.”“Tidaaak!!!”
Ia lari meninggalkan acaranya. Air matanya satu per satu membasahi pipinya. Langkahnya semakin lama semakin pelan dan terhenti. Nafasnya berburu kencang. Jantungnya berdetak cepat. Sepertinya ia merasa telah jauh alam yang tengah ia rasakan sekarang.
Ia terduduk lemah memandang langit yang kelam. Isak tangisnya terus berjalan. Dalam menangis sesosok bayangan putih melintas di depannya. Ia tersentak, mulutnya spontan mengucap nama Arjuna dengan gemetar.Bayangan itu makin lama makin jauh. Tersenyum manis kepada Ima. Meninggalkannya dalam kesendirian. Ia terus terpaku dan tak dapat mengedipkan mata. Setelah bayangan putih itu lenyap ditelan kabut ia kembali memejamkan mata dan menangis.
“Aku telah rela melepaskanmu pergi untuk selamanya. Meski hal ini sangat menyakitkan bagiku. Aku ikhlas…” ucapnya lirih.
Angin bertiup sepoi-sepoi, satu per satu lembar-lembar daun cemara gugur di depannya. Ia meraih ranting, lalu di tulisnya sebait puisi.Detik-detik berlaluMusim semi pun akan bergantiAngin sepoi pun telah merayuTapi penantiankuSelalu hidup untukmu….
Untuk terakhir kali ia menjerit menyebut Arjuna melepaskan suaranya ke udara. Suaranya menggaung. Kini penantiannya pun telah berakhir. Mungkin janji tak selalu harus ditepati tapi sahabat sejati selalu tetap di hati. ***